Menemukan Kebahagiaan Sejati: Refleksi dari Tasyakuran Santri Angkatan 3 RTQ Al-Ikhwan Borong Jatie
Suasana penuh syukur dan semangat mewarnai kegiatan tasyakuran santri angkatan 3 RTQ Al-Ikhwan Borong Jatie, yang dirangkaikan dengan launching pondok pesantren Al-Ikhwan Borong Jatie. Di antara momen spesial ini, H. Kardi, pengasuh masjid kapal munzalan, memberikan motivasi yang menyentuh hati para hadirin. Beliau tidak hanya menyampaikan pentingnya menjadi marbot masjid, tetapi juga mengingatkan kita tentang hakikat kehidupan dan kebahagiaan sejati.H. Kardi mengajak para hadirin untuk mempertimbangkan peran mulia sebagai marbot masjid. Mengabdikan diri untuk merawat dan menjaga rumah ibadah, bukan hanya pahala yang melimpah, tetapi juga kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjadi marbot masjid membuka pintu keberkahan dan ketenangan jiwa, dalam kesederhanaan yang penuh makna.
Menjadi Marbot Masjid: Pengabdian Mulia Penuh Arti
H. Kardi mengajak para hadirin untuk mempertimbangkan peran mulia sebagai marbot masjid. Mengabdikan diri untuk merawat dan menjaga rumah ibadah, bukan hanya pahala yang melimpah, tetapi juga kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjadi marbot masjid membuka pintu keberkahan dan ketenangan jiwa, dalam kesederhanaan yang penuh makna.
Menanggalkan Harapan pada Manusia, Menggantungkan Diri pada Ilahi
Beliau mengingatkan kita untuk tidak menggantungkan harapan berlebihan pada manusia. Di tengah hiruk pikuk kehidupan, mudah terlena dengan materi dan pujian. Namun, H. Kardi menekankan bahwa kebahagiaan sejati datang dari Allah SWT. Dengan melepaskan ketergantungan pada manusia, kita membuka ruang untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Sang Pencipta.
Mempersiapkan Kematian dengan Kehidupan yang Baik
Kematian adalah sebuah kepastian. H. Kardi mengajak kita untuk merenungkan kesiapan kita dalam menghadapinya. Beliau mengingatkan bahwa kesibukan hidup duniawi tak boleh melupakan persiapan untuk akhirat. Memperbanyak amal saleh, menuntut ilmu agama, dan senantiasa berbuat baik adalah bekal terbaik untuk menyambut kematian dengan tenang dan bahagia.
Berniaga dengan Allah SWT: Zakat, Waqaf, Infak, dan Shadaqah
Mari jadikan harta yang kita miliki sebagai alat untuk berniaga dengan Allah SWT. Zakat, waqaf, infak, dan shadaqah adalah pintu menuju keberkahan dan pahala yang berlipat ganda. H. Kardi menggunakan analogi yang menarik, "Harta ibarat pisang, pisangnya di makan, kulitnya di pisahkan." Artinya, nikmati harta yang kita miliki dengan penuh syukur, namun jangan lupa untuk membersihkannya dengan beramal.
Zakat: Kewajiban dan Keutamaan
H. Kardi menegaskan pentingnya zakat, bukan hanya kewajiban bagi yang mampu, tetapi juga kunci kebahagiaan dan keberkahan. Beliau mengapresiasi program Bupati yang mewajibkan ASN untuk berzakat di Baznas. Hal ini menunjukkan komitmen dan kepedulian pemimpin dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan religius.
Menemukan Makna Kehidupan yang Sebenarnya
Motivasi H. Kardi bagaikan oase di tengah gurun kesibukan dunia. Beliau mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta dan pujian manusia, tetapi pada kedekatan dengan Allah SWT dan amal saleh yang kita lakukan. Jadilah marbot masjid, lepaskan ketergantungan pada manusia, persiapkan kematian dengan kehidupan yang baik, dan berniagalah dengan Allah SWT melalui zakat, waqaf, infak, dan shadaqah. Mari kita jadikan momen tasyakuran santri ini sebagai titik balik untuk meraih kebahagiaan sejati dalam hidup.
0 Response to "Menemukan Kebahagiaan Sejati: Refleksi dari Tasyakuran Santri Angkatan 3 RTQ Al-Ikhwan Borong Jatie"
Post a Comment